Temukan jawabannya dalam artikel berikut ini.
Pada tahun 2013 lalu, Amerika Serikat pernah dihebohkan dengan kasus seorang anak berusia 16 tahun bernama Ethan Couch yang diketahui berani menyetir dalam keadaan mabuk. Akibat perbuatannya itu, Couch terlibat dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan empat pejalan kaki sekaligus beberapa orang lainnya mengalami luka-luka.
Saat ditangkap oleh pihak kepolisian, kedua orangtua Couch mengungkapkan bahwa anak mereka tidak bisa ditahan lantaran mengidap gangguan mental affluenza. Sejak topik ini mencuat, berbagai media massa memberitakan kasus Couch dengan judul “Remaja dengan Affluenza”.
Karena penasaran, GLITZMEDIA berusaha untuk melakukan penelusuran lebih lanjut soal apa itu gangguan mental affluenza? Melansir dari psychologytoday.com, affluenza adalah jenis gangguan mental di mana pengidapnya tidak tahu mana yang benar atau mana yang salah, karena latar belakang kehidupannya yang mewah.
Lebih mudahnya begini. Ayah Couch adalah seorang jutawan asal Texas, Amerika Serikat. Sejak kecil, Couch hidup amat sangat berkecukupan. Terutama dari segi materi. Berkat materi yang berlimpah, ia merasa bebas melakukan apapun karena kedua orangtuanya tidak pernah melarang.
Karena tumbuh besar dengan kondisi seperti itu, Couch jadi manja, tidak bisa membedakan hal baik dan hal buruk, serta tidak punya rasa tanggung jawab. Jadi ketika ia menyetir dalam keadaan mabuk dan menyebabkan kecelakaan hingga memakan korban, ia sama sekali tidak paham kalau perbuatannya itu salah di mata hukum.
Alasan yang diberikan oleh orangtua Couch ini ternyata berhasil. Couch pun akhirnya terhindar dari hukuman penjara dan cukup menjalankan proses rehabilitasi. Melihat kasus ini, kemudian muncul pertanyaan: apakah benar ada gangguan mental affluenza?
(BACA JUGA: Wajib Tahu, Inilah Manfaat Social Media Detox untuk Kesehatan Fisik dan Mental)
(Foto: foxnews.com)
Masih melansir dari pyschologytoday.com, berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji apakah affluenza termasuk ke dalam gangguan psikologis atau tidak. Hasilnya adalah tidak. Affluenza bukanlah gangguan mental.
Melainkan gangguan behavior atau sikap yang disebabkan oleh buruknya pola asuh orangtua. Jadi, dalam kasus Couch ia betul mengalami gangguan atau tidak? Jawabannya iya, ia mengalaminya. Tetapi untuk menyatakan apakah ia gangguan yang dialami merupakan gangguan mental atau tidak, perlu ditelaah lebih dalam.
Terlepas dari kasus yang dialami oleh Couch, GLITZMEDIA merangkum bahwa affluenza adalah gangguan behavior atau sikap, yang dialami oleh anak-anak karena pola asuh orangtuanya yang buruk.
Ciri-ciri anak dengan affluenza adalah manja, kurang bertanggung jawab, serta tidak bisa membedakan mana hal baik dan buruk. Gangguan affluenza sendiri umumnya memang dialami oleh anak-anak yang memiliki previleged. Alias anak-anak yang lahir di tengah-tengah keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke atas.
(Andiasti Ajani, foto: unsplash.com/jésus rodriguez)