Ternyata lebih dari sekadar sulit belajar membaca, menulis, dan mengeja. 


Disleksia adalah jenis gangguan di mana penderita mengalami kesulitan saat belajar membaca, menulis, dan mengeja kata-kata. Disleksia merupakan gangguan yang umum dialami oleh anak-anak. Tetapi ketika anakmu mengalami kesulitan saat belajar membaca, menulis, dan mengeja kata-kata, belum tentu ia mengalami disleksia.


Sebab, disleksia adalah jenis gangguan yang hanya dialami oleh anak-anak spesial atau disabilitas. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam otak anak-anak dengan disleksia? Anak-anak penderita disleksia memiliki tingkat intelejensi di atas rata-rata. 


Karena itu, otak mereka jadi mengalami kesulitan untuk menginterpretasikan hal-hal yang mereka lihat atau dengar. Misalnya, ia dapat melihat dengan jelas gambar atau tulisan yang tertera di buku, tetapi otak mereka tidak dapat menerjemahkannya. Meskipun disleksia merupakan gangguan yang biasa dialami oleh anak-anak disabilitas, namun disleksia bukan bagian dari gangguan mental.

(BACA JUGA: 6 Ciri Ini Menunjukkan Kamu Memiliki Anak yang Cerdas)




PENYEBAB DISLEKSIA

Berdasarkan proses terjadinya, disleksia terbagi atas dua jenis yaitu primer dan berkembang. Disleksia primer terjadi akibat tidak berfungsinya bagian otak yang mengatur aktivitas berpikir dan gerak. Hal ini bisa terjadi karena adanya faktor genetik atau keturunan.


Sedangkan disleksia berkembang, biasanya terjadi saat anak masih berada di dalam kandungan. Misalnya saat hamil sang Ibu kurang asupan Omega 3, mengalami stres, hingga melahirkan bayi secara prematur, bisa menjadi penyebab munculnya disleksia pada anak.


Anak dengan disleksia berkembang masih bisa menerjemahkan gambar yang ia lihat atau suara yang ia dengar. Namun responnya lebih lambat dibanding anak-anak yang tidak mengalami disleksia.


CIRI-CIRI ANAK DENGAN DISLEKSIA

Karena tidak dapat menginterpretasikan sesuatu dengan baik, maka anak dengan disleksia biasanya cenderung menuliskan hal-hal yang kurang tepat. Seperti salah menulis huruf atau angka yang terbalik dan lain sebagainya.


Sayangnya, hal ini juga sering terjadi pada anak yang tidak mengalami disleksia. Sehingga banyak orangtua menganggap hal tersebut adalah hal normal dan tidak butuh perhatian khusus. Karena itu, banyak orangtua yang terlambat menyadari jika anaknya mengalami disleksia. Para orangtua baru menyadari anaknya mengalami disleksia saat sudah masuk sekolah.


Untuk mengetahui apakah anakmu mengalami disleksia atau tidak, berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut soal beberapa ciri yang ditunjukkan oleh anak dengan disleksia. Jika anakmu benar mengalami ciri-ciri yang tertulis, sebaiknya segera hubungi psikolog atau dokter anak agar kamu teredukasi dan tidak salah dalam mendidik si kecil.


  • Tidak bisa membedakan kanan dan kiri. Itulah mengapa kebanyakan anak disleksia adalah kidal atau mengandalkan tangan kirinya untuk melakukan banyak pekerjaan. Mulai dari menulis hingga makan.
  • Tidak bisa mendeskripsikan situasi tertentu. Misalnya “Bagaimana makanannya? Enak?” anak disleksia biasanya menjawab dengan tidak deskriptif, “Ya, gitu deh!” adalah jawaban paling umum yang biasa mereka kemukakan.
  • Miskin kosa kata. Saat mendeskripsikan sesuatu mereka lebih sering menggunakan kata ini dan itu. Begitu juga saat menjelaskan sesuatu mereka akan menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Misalnya “Gedung itu besar” padahal maksudnya adalah “Gedung itu tinggi”.
  • Kesulitan merangkai huruf menjadi sebuah kata apalagi kalimat. Hal ini biasanya dialami oleh anak-anak yang sudah mulai sekolah. Anak normal melihat dan menyebut huruf A persis seperti bentuk dan bunyinya, sedangkan anak disleksia tidak.

    Mereka melihat bentuk huruf A lebih rumit daripada anak normal, dalam otak anak disleksia huruf A bisa saja diinterpretasikan sebagai bangunan atau sudut-sudut tertentu.
  • Tidak teratur. Anak dengan disleksia tidak dapat menata hal-hal dengan rapi dan selalu terburu-buru.


(Andiasti Ajani, foto: westsidetutoring.com, huffingtonpost.com)