DUA Lighting Collective juga pertontonkan koleksi kolaborasi bersama Rinadly A. Yunardi dan Era Soekamto, yang dipamerkan di Le Maison Objet Paris Exhibition 2019 silam.


Sejak didirikan pada tahun 2010, kehadiran DUA Lighting Collective memang berhasil mencuri perhatian. Lantaran berhasil mengubah fungsi lampu yang semula hanya menjadi produk pencahayaan, menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi.


Sehingga fungsi dan nilai dari lampu itu sendiri meningkat drastis. Tidak hanya untuk menerangi tetapi juga bisa menjadi instalasi seni yang akan menghiasi ruangan. Karena suguhan nilai karya yang tinggi, maka tidak heran jika lampu karya DUA Lighting Collective begitu diminati.


Tidak hanya oleh pasar lokal, tetapi juga pasar luar negeri. Seperti hotel-hotel ternama di Maladewa, Taiwan, Jerman, Korea Selatan, sampai restoran Michellin Star di Singapura. Melihat pencapaian ini, DUA Lighting Collective berharap Pemerintah Indonesia bisa menaruh perhatian lebih pada industri kreatif pencahayaan.


“Industri lighting selama ini dikenal sebagai subsektor ekonomi kreatif di bawah arsitektur, interior, dan elektronik. Padahal industri pencahayaan ini membutuhkan pekerja dengan keahlian khusus serta potensinya di dalam industri juga besar sekali. Sehingga kami berharap ke depannya Pemerintah Indonesia bisa lebih perhatian dan menetapkan industri pencahayaan sebagai spektrum baru di sektor ekonomi kreatif,” ujar Robby Permana Mannas selaku CEO dari DUA Lighting Collective.


Menurut Robby, industri pencahayaan di Indonesia perkembangannya sangat pesat. Karena itulah perlu didorong, salah satunya dengan mengembangkan desain melalui kreativitas yang ada pada anak-anak muda. Sehingga nantinya industri pencahayaan Indonesia menjadi kuat dan mampu bersaing dengan industri pencahayaan di luar negeri.


Robby membuktikan. Sebagai salah satu pengusaha di industri pencahayaan, DUA Lighting Collective perlahan-lahan telah menguasai pasar baik lokal maupun internasional. Seperti hotel-hotel ternama di Maladewa, Taiwan, Korea Selatan, Jerman, sampai restoran Michellin Star di Singapura, semua adalah klien-kliennya.

(BACA JUGA: Rekomendasi Lampu Tidur untuk Kamu yang Tidak Suka Kamar Gelap)




Bahkan pada tahun 2019 lalu DUA Lighting Collective berkesempatan untuk memamerkan karyanya yakni Dewa Nawa Sanga di Le Maison Objet Paris Exhibition. Koleksi tersebut merupakan hasil kolaborasi bersama desainer aksesoris Rinaldy A. Yunardi dan fashion designer yang pernah menjadi Creative Director untuk brand Iwan Tirta Private Collection, Era Soekamto.


Tidak hanya itu. Sebagai salah satu produsen pencahayaan ternama, DUA Lighting Collective juga merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan industri kreativitas bangsa terutama untuk indusstri pencahayaan.


Salah satunya adalah dengan berkontribusi membantu kreativitas siswa SD di Purbalingga, Jawa Tengah untuk berkarya. Caranya adalah dengan meminta mereka menggambar simbol dan tokoh yang terinspirasi dari sejarah nusantara.


Gambar ini nantinya akan direalisasikan menjadi desain dekorasi lampu meja oleh DUA Lighting Collective. Hasil penjualan dari lampu-lampu tersebut akan disalurkan kepada para pengrajin dan kreator cilik berbakat.




(Andiasti Ajani, foto: dokumentasi dua lighting collective)